oleh

Walikota Dedy, Tetapkan Standar Harga Kuliner di Pantai Panjang Agar Wisatawan Tak Kapok Datang

Foto: Walikota Bengkulu Dedy Wahyudi.

Kota Bengkulu, Pusaranupdate.com – Hingga saat ini, Walikota Bengkulu Dedy Wahyudi dan Wakil Walikota Ronny PL Tobing terus berupaya menata ulang kawasan wisata Pantai Panjang.

Baru-baru ini, pemerintah telah membongkar lapak pedagang yang menyalahi aturan. Mereka akan direlokasi ke tempat yang telah disediakan.

Setelah itu, pemerintah juga akan mengatur atau menetapkan standarisasi harga makanan dan minuman di area Pantai Panjang.

Hal ini dilakukan Walikota untuk menarik wisatawan agar tidak kapok datang ke Kota Bengkulu.

Mengingat setiap momen liburan kawasan Pantai Panjang selalu ramai dikunjung wisatawan baik lokal maupun luar daerah. Namun, pada momen itu pula diikuti dengan berita-berita viral yakni keributan antara pedagang dan pembeli, dikarenakan para pedagang mematok harga tinggi cenderung tak masuk akal sehingga para wisatawan merasa kecewa setiap kali berlibur di Pantai Panjang.

“Kita akan buat standarisasi harga, karena kalau ingin nama Bengkulu dikenal nasional semua harus dibenahi. Jangan sampai orang datang sekali langsung kapok,” ujar Dedy. Senin 5/5/2025).

“Pasalnya, sampai hari ini saat ada warga kita hanya ingin duduk membentang tikar langsung dimintai duit, langsung dipaksa belanja. Kasihan kita lihat orang-orang dari kampung itu harus dipaksa belanja,” jelasnya.

Untuk penetapan harga tersebut melalui perangkat daerah terkait diminta untuk bermusyarawah terlebih dahulu. Dengan demikian pedagang juga tetap bisa berjualan dengan nyaman dan para wisatawan juga tidak lagi takut untuk ke Pantai Panjang.

“Jadi sudah kita buat zonasi nanti ada area berdagang dan ada area publik artinya tidak ada satupun pedagang disana. Dengan begitu ada ruang publik yang jadi tempat warga bersantai atau menikmati keindahan alam tanpa harus mengeluarkan uang,” tutupnya.

Berdasarkan data, ada 400-an pedagang yang direlokasi dalam waktu dekat oleh pemkot. Pembagian lapak baru dilakukan dengan cara diundi. Hal ini untuk menghindari kecemburuan sosial yang memicu konflik antar pedagang terhadap lokasi yang ditempati,”Demikian. (Red)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed